Makalah Pancasila (IPTEK)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti
yang kita ketahui, teknologi kini telah merembes dalam kehidupan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas menengah ke bawah sekalipun. Dimana upaya
tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan dan
peningkatan harkat martabat manusia.
Kita
tentu sudah sering mendengar kata Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang
sering disingkat dengan IPTEK. IPTEK merupakan makanan sehari-hari manusia
sekarang ini. Telepon seluler, komputer, internet, dan lain-lain. Tanpa adanya
IPTEK kehidupan sosial manusia menjadi terhambat. Atas dasar kemampuan
kreatifitas berpikir, manusia dapat mengembangkan IPTEK dari waktu ke waktu.
Segala kemudahan mulai dari transportasi, telekomonikasi sampai pendidikan tak
luput dari peran IPTEK. Namun di balik itu semua manusia menjadi malas
melakukan semua aktivitasnya oleh karena semua kemudahan yang ada. Selain itu
juga, sebagian besar manusia diberbagai belahan dunia belum mencicipi manfaat
dari IPTEK tersebut. Sungguh sangat disayangkan sekali dimana sebagian orang
sudah mendapatkan kebutuhannya dengan cepat sementara yang lainnya harus
bersusah payah untuk mendapatkannya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
uraian dalam latar belakang diatas maka pada tulisan ini hendak mencari jawaban
terhadap pertanyaan:
1.
Apa itu IPTEK ?
2.
Apa itu Humanisme ?
3.
Pengaruh Humanisme dalam
perkembangan IPTEK
1.3
Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah sebagaimana
diuraikan diatas maka penulis mempunyai beberapa tujuan, diantaranya:
1.
Untuk mengetahui pengertian IPTEK dan
pengertian Humanisme.
2. Untuk mengetahui hubungan IPTEKdengan Humanisme
.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian IPTEK
Teknologi adalah ilmu dan seni yang mampu membuat atau menggunakan
sesuatu. Di dalam diri manusia sendiri, anehnya dapat mengubah bahan dari dunia
alami menjadi peranti, mesin, dan sistem yang dapat mempermudah kehidupan
mereka. Walaupun makhluk lain dapat pula membuat sesuatu dan menggunakan
peranti, cara mereka melakukannya nyaris tidak berbeda dari waktu ke waktu.
Teknologi yang timbul/yang diciptakan oleh manusia berbeda, orang dapat melihat
kebutuhan baru, menemukan cara baru untuk memenuhinya, dan menemukan
temuan-temuan yang tidak disengaja. Misal, temuan api serta kmampuan mengubah tanah
lempung menjadi keramik/ batuan menjadi logam, yang memungkinkn terciptanya
dunia modern sperti saat ini.
2.2
Perkembangan IPTEK pada saat ini
Perkembangan dunia iptek yang demikian pesatnya telah
membawa manfaat luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis
pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik cukup besar, kini relatif
sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Sistem kerja robotis
telah mengalihfungsikan tenaga otot manusia dengan pembesaran dan percepatan yang
menakjubkan.
Begitupun dengan telah ditemukannya
formulasi-formulasi baru aneka kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser
posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktivitas manusia.
Ringkas kata, kemajuan iptek yang telah kita capai sekarang benar-benar telah
diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan
umat manusia.
Bagi masyarakat sekarang, iptek sudah merupakan suatu
religion. Pengembangan iptek dianggap sebagai solusi dari permasalahan yang
ada. Sementara orang bahkan memuja iptek sebagai liberator yang akan
membebaskan mereka dari kungkungan kefanaan dunia. Iptek diyakini akan memberi
umat manusia kesehatan, kebahagiaan dan imortalitas. Sumbangan iptek terhadap
peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun manusia
tidak bisa pula menipu diri akan kenyataan bahwa iptek mendatangkan malapetaka
dan kesengsaraan bagi manusia. Dalam peradaban modern yang muda, terlalu sering
manusia terhenyak oleh disilusi dari dampak negatif iptek terhadap kehidupan
umat manusia. Kalaupun iptek mampu mengungkap semua tabir rahasia alam dan
kehidupan, tidak berarti iptek sinonim dengan kebenaran. Sebab iptek hanya
mampu menampilkan kenyataan. Kebenaran yang manusiawi haruslah lebih dari
sekedar kenyataan obyektif. Kebenaran harus mencakup pula unsur keadilan.
2.3
Dampak IPTEK terhadap masyarakat dan budaya setempat
Tidak semua Iptek membawa dampak yang merugikan masyarakat. Yaitu pada
penemuan-penemuan di sektor pekerjaan formal. Misalnya penemuan alat-alat
produksi pertanian dimana dapat meningkatkan produksi beras semakin meningkat.
Ada juga penemuan televisi yang membuat manusia untuk dapat mengakses
informasi-informasi di luar daerahnya. Kegunaan Iptek yang menguntungkan bagi
masyarakat ini akan dipertahankan eksistensinya. Dan mungkin akan dilakukan
modifikasi atau inovasi terhadap temuan-temuan tersebut sehingga memiliki nilai
guna yang sangat tinggi. Di samping itu mempertahankan hasil temuan Iptek
dilakukan sebagai pewarisan kebudayaan di dalam masyarakat.
Penerapan Iptek dalam pembangunan telah meningkatkan kehidupan masyarakat
dan memajukan kehidupan bangsa dan negara di berbagai sektor. Namun harus
disadari di balik semua itu ada dampak-dampak negatifnya terhadap lingkungan
hidup. Yang dimaksud lingkungan hidup dalam hal ini adalah menyangkut
lingkungan alam, lingkungan sosial dan budaya. Lingkungan alam adalah segala
kondisi alam baik yang organik maupun anorganik (tumbuh-tumbuhan, binatang,
air, tanah, batuan, udara, dan lain-lain).
Sedangkan lingkungan sosial adalah
semua manusia yang ada di sekitar, baik perorangan maupun kelompok (misalnya
keluarga, teman sepermainan, tetangga, dan teman sekerja). Kemudian juga
menyangkut lingkungan budaya, yakni hal-hal yang berkaitan dengan karya cipta
dan hasil perbuatan atau tingkah laku manusia misalnya yang menyangkut gagasan,
norma, kepercayaan, adat istiadat, pakaian, rumah, dan lain-lain.
2.4
Tanggung jawab dan etika dalam pengembangan IPTEK
Bagaimanapun juga manusia hidup di dunia ini tidak dapat meninggalkan
Iptek. Dengan Iptek, hidup manusia akan dipermudah. Agar tidak menimbulkan
permasalahan dan dampak negatif, manusia perlu memiliki tanggung jawab etis di
dalam mengembangkan dan menerapkan Iptek. Bagi bangsa Indonesia, di dalam mengembangkan
dan menerapkan Iptek perlu mengingat landasan idiilnya, yaitu Pancasila dan
landasan konstitusionalnya, yaitu UUD1945. Dalam kaitannya dengan Pancasila
terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebenarnya telah memberikan peringatan
kepada kita bahwa semua ilmu yang ada di dunia berasal dari Tuhan. Alam semesta
ini adalah objek kajian ilmu pengetahuan. Sebagai contoh, sejak dahulu Tuhan
telah menciptakan bahwa benda yang berat jenisnya kurang dari satu akan
terapung di air. Prinsip ini kemudian ditemukan oleh manusia.
Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan alam semesta untuk kemaslahatan umat
manusia. Menyadari kenyataan ini maka setiap manusia Indonesia di dalam
mengembangkan dan menerapkan Iptek sudah selayaknya mengingat ajaran dan
perintah Tuhan. Iptek harus dikembangkan dan diterapkan untuk kemaslahatan
manusia, bukan untuk menyiksa dan mencelakakan manusia.
Sementara itu UUD 1945 mengamanatkan bahwa tujuan nasional, antara lain
untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain
itu, bumi dan air, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai
oleh Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Untuk itu, upaya memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai iptek diarahkan
agar senantiasa meningkatkan kecerdasan manusia, meningkatkan pertambahan nilai
barang dan jasa, serta kesejahteraan masyarakat melalui pencepatan
industrialisasi sebagai bagian dari pembangunan yang berkelanjutan dengan
mengindahkan kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.
Dari amanat UUD 1945 jelas bahwa pengembangan dan pemanfaatan Iptek untuk
meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat secara lahir maupun batin. Itu
semua harus mempertimbangkan kondisi lingkungan dan kondisi sosial masyarakat.
Ini artinya pengembangan dan pemanfaatan Iptek di Indonesia tidak bebas nilai,
tetapi harus mempertimbangkan lingkungan dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan
dan agama yang ada di Indonesia.
Di dalam usaha pengembangan dengan cara pemanfaatan Iptek, setiap manusia
Indonesia harus memiliki kearifan dan berpegang pada prinsip moral. Dengan ini
diharapkan pemanfaatan Iptek dalam kegiatan pembangunan tidak akan merusak
lingkungan hidup. Akan tetapi kalau Iptek dimanfaatkan tanpa kearifan dan tidak
dengan pertimbangan moral, maka kecenderungan untuk merusak lingkungan lebih
besar. Sebagai contoh dinamit dan bahan peledak itu kemudian dimanfaatkan untuk
mencari dan menangkap ikan, yang akibatnya dapat merusak habitat dan
lingkungan.
Seseorang yang menggunakan bahan peledak tadi jelas semata-mata hanya demi
keuntungan pribadi tidak didasari pertimbangan moral dan akibat baik buruknya
dari tindakan itu. Contoh lain misalnya nuklir. Energi ini sebenarnya besar
sekali manfaatnya dalam pembangunan, termasuk untuk bidang kesehatan. Akan tetapi,
kalau nuklir jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab, maka dibuatlah
senjata pemusnah, yang sangat mengancam hidup manusia dan lingkungannnya.
Berkaitan dengan media massa yang merupakan alat penyampai informasi dan
media pendidikan, dapat berpengaruh negatif apabila dipahami oleh orang-orang
yang hanya ingin untungnya sendiri. Tayangan-tayangan televisi kalau dicerna
oleh para pemirsa yang kurang memiliki kesadaran moral dan agama, bisa
berpengaruh negatif. Bahkan disinyalir ada tayangantayangan televisi yang
berpengaruh terhadap tindak kekerasan dan pemerkosaan. Semua ini telah merusak
kondisi lingkungan sosial kemasyarakatan.
Manusia di dalam mengembangkan dan menerapkan Iptek sudah selayaknya
disertai etika dan rasa tanggung jawab. Etika dalam hal ini menyangkut
pengertian luas, baik etika keilmuan maupun etika sosial kemanusiaan atau etika
moral. Dari segi etika keilmuan, artinya di dalam mengembangkan Iptek
berdasarkan metode keilmuan dengan langkah-langkah yang sistematis dan bersifat
objektif. Manusia mempelajari gejala alam apa adanya dengan tujuan dapat
mengungkap rahasia alam dan menciptakan peralatan untuk mengontrol gejala
tersebut sesuai dengan hukum alam.
Dari segi ini bisa saja ilmu itu bebas nilai, dalam arti tanpa pamrih dan
tidak memihak. Akan tetapi dilihat dari segi aksiologis, penerapan dan
pemanfaatan hasil Ipek harus mengingat pada etika sosial kemanusiaan atau etika
moral. Di sini iptek tidak bebas nilai. Di dalam memanfaatkan Iptek, manusia
perlu mengingat nilai-niolai kemanusiaan, norma, bahkan mengingat nilai-nilai
keagamaan.
Dari segi agama, etika, dan tujuan pengembangan Iptek secara sistematis
dapat dibagi menjadi dua. Pertama, untuk membantu manusia dalam mendekatkan
diri kepada Tuhan. Sebab berbagai penelitian atau eksperimen yang dilakukan
manusia, pada hakikatnya adalah memahami dan ingin mencari kebenaran ilmu dan
hukum-hukum Tuhan di alam raya ini. Orang yang semakin paham tentang alam
semesta ini tentu semakin kagum dan yakin akan kebesaran dan kemahakuasaan
Tuhan. Kedua, untuk membantu manusia dalam menjalankan tugasnya untuk membangun
alam semesta ciptaan Tuhan.
Dengan iptek akan diciptakan berbagai perangkat yang dapat mempermudah
manusia dalam menjalankan aktivitas kehidupannya di muka bumi ini.Sementara
itu, yang berkaitan dengan rasa tanggung jawab, seseorang harus sadar bahwa
Iptek yang dipergunakan itu dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Di
samping itu, rasa tanggung jawab juga mengandung arti bahwa dalam menerapkan
Iptek tidak hanya untuk kepentingan pribadi, tetapi semata-mata demi
kemaslahatan orang banyak.
Pengembangan dan pemanfaatan iptek yang selalu disertai dengan etika dan
rasa tanggung jawab akan mendatangkan hikmah. Begitu juga kan terhindar dari
kerusakan lingkungan hidup. Pengembangan dan pemanfaatan iptek yang demikian
harus disadari sebagai ibadah. Dengan adanya pengembangan Iptek maka yang
terjadi yaitu meningkatnya produksi kerja untuk memenuhi kebutuhan.
2.5
Pengertian Humanisme
Humanisme adalah istilah dalam sejarah intelektual yang acap kali
digunakan dalam bidang filsafat, pendidikan dan literatur. Kenyataan ini
menunjukkan beragam makna yang terkandung dalam dan diberikan kepada istilah
ini. Secara umum, kata humanisme berkenaan dengan pergumulan manusia dalam
memahami dan memaknai eksistensi dirinya dalam hubungan dengan kemanusiaan
orang lain di dalam komunitas. Secara etimologis, istilah humanisme erat
kaitannya dengan kata Latin klasik, yakni humus
yang berarti tanah atau bumi. Dari istilah tersebut muncul kata homo yang berarti manusia (makhluk bumi)
dan humanus yang lebih menunjukkan
sifat membumi dan manusiawi. Istilah yang senada dengannya adalah kata latin humilis yang berarti kesederhanaan dan
kerendahan hati (kesahajaan) (Samho 2013: 18).
Makna kata humanisme tersebut
menunjukkan bahwa inti persoalannya adalah humanus
atau manusia itu sendiri, artinya bagaimana membentuk manusia (humanus) itu menjadi lebih manusiawi
(melalui humanismus) serta pihak mana
atau siapa yang bertanggung jawab dalam proses pembentukkannya (humanista atau umanisti atau humanist)
(Samho 2013: 19).
Human sebagai bentuk ajektif berarti bersifat manusiawi. Humanistik
berarti bersifat kemanusiaan. Sedangkan
humanisme berarti aliran yang bertujuan menghidupkan rasa kemanusiaan
dan mencita-citakan pergaulan hidup yang lebih baik (Depdikbud 1989: 314-315). Dari arti katanya jelas tampak
bahwa humanisme merupakan faham yang menganggap
manusia sebagai objek studi terpenting, terutama, pada sifat-sifat kemanusiaannya. Ketika manusia dipandang dengan segala sifat-sifat
kemanusiaannya, maka potensi yang ada pada diri manusia, yakni potensi yang
bersifat psikologis, sosial, dan kultural haruslah menjadi objek perhatian secara
komprehensif.
Dalam kamus
ilmiah populer arti dari kata humanisasi adalah pemanusiaan/penerapan rasa
perikemanusiaan. Sedangkan humanisme adalah suatu doktrin yang menekan
kepentingan-kepentingan kemanusiaan dan ideal (humanisme pada zaman renaissans
didasarkan atas peradaban Yunani purba, sedangkan humanisme modern menekankan
manusia secara eksklusif). Makna kemanusiaan harus selalu dirumuskan secara
baru dalam setiap perjumpaan dengan realitas dan konteks yang baru. Kemanusiaan
perlu dilihat bukan sebagai esensi tetap atau situasi akhir. Makna kemanusiaan
adalah proses menjadi manusiawi dalam interaksi antar manusia dengan konteks
dan tantangan yang terus berkembang. Humanisme dipandang sebagai sebuah gagasan
positif oleh kebanyakan orang. Humanisme mengingatkan kita akan gagasan-gagasan
seperti kecintaan akan peri kemanusiaan, perdamaian, dan persaudaraan.
2.6
Pancasila
sebagai Paradigma Pengembangan IPTEK
Teknologi adalah ilmu dan seni membuat/menggunakan
sesuatu. Di dalam diri sendiri manusia, anehnya dapat mengubah bahan dari dunia
alami menjadi peranti, mesin, dan sistem yang dapat mempermudah kehidupan
mereka. Walaupun makhluk lain dapat pula membuat sesuatu dan menggunakan
peranti, cara mereka melakukannya nyaris tidak berbeda dari waktu ke waktu. Teknologi
manusia berbeda, orang dapat melihat kebutuhan baru, menemukan cara baru untuk
memenuhinya, dan menemukan temuan-temuan yang tidak disengaja. Misal, temuan
api serta kmampuan mengubah tanah lempung menjadi keramik/ batuan menjadi
logam, yang memungkinkn terciptanya dunia modern sperti saat ini.
Ada pula pengertian
lain mengenai Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi, Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi pada
hakikatnya merupakan suatu hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani
(jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi
rohaniah manusia.
Artinya setiap ilmuwan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan Iptek juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sikap
yang terbuka untuk dikritik, dikaji ulang maupun dibandingkan dengan penemuan
ilmuwan lainnya. Setiap
sila pancasila merupakan kesatuan yang sistematis yang dapat mengatur sistem
etika dalam pengembangan Iptek.
1.
Sila
1 Ketuhanan Yang Maha Esa
ü IPTEK
tidak hanya memikirkan apa yang di temukan, yang diciptakan tetapi juga
dipertimbangkan maksudnya dan akibatnya.
2.
Sila
2 Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
ü IPTEK
haruslah bersifat beradab
ü IPTEK
harus di dasarkan pada hakikat tujuan demi kesejahteraan umat manusia, bukan
kesombongan, bukan untuk kecongkakkan, dan keserakahan manusia, tapi diabdikan untuk
meningkatkan harkat dan martabat manusia.
3.
Sila
3 Persatuan Indonesia
ü IPTEK
diarahkan demi kesejahteraan umat manusia termasuk bangsa Indonesia.
ü IPTEK
diharapkan mengembangkan rasa nasionalisme.
4.
Sila
4 Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan Perwakilan
ü IPTEK
dikembangkan secara demokratis.
ü Seorang
ilmuwan memiliki kebebasan untuk mengembangkan IPTEK dan harus menghargai dan
menghormati kebebasan orang lain, dan memiliki sikap terbuka untuk dikritik dan
di kaji ulang.
5.
Sila
5 Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
ü Sila
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, mengkomplementasikan pengembangan Iptek haruslah menjaga
keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, manusia dengan Tuhannya, manusia
dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan negara serta
manusia dengan alam lingkungannya.
BAB
II
PENUTUP
DAFTAR
PUSTAKA
Depdikbud. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.
JENDELA IPTEK, penerbit : Balai
Pustaka-Jakarta.
Samho, Bartolomeus. 2013. Humanisme
Yunani Klasik Dan Abad Pertengahan (Humanisme
dan Humaniora editor Bambang Sugiharto). Bandung: Matahari.
https://www.academia.edu/5080926/Mid_pancasila
http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/02/lmu-pengetahuan-dan-teknologi-iptek-perkembangan-dampak-positid-dan-negatif.html
Komentar
Posting Komentar