Wireless Distribution System (WDS)
PENDAHULUAN
Dengan WDS tersebut, minimal dibutuhkan 1
(satu) unit Root AP yang terhubung ke system backbone kabel dan 1 (satu) unit
Repeater AP yang tidak terhubung ke system kabel. Untuk membangun jaringan
wireless WDS dibutuhkan beberapa pemahaman dasar bagaimana WDS tersebut
bekerja, dibutuhkan juga beberapa pemahaman tentang parameter-parameter
interface wds, maupun penggunaan Spanning Tree Protocol untuk mencegah looping
yang mungkin terjadi. Karena berbagai macam factor penting itulah maka jaringan
wireless dengan WDS akan dibahas sedikit lebih mendalam.
PENGERTIAN
Wireless Distribution System adalah metode
atau teknik menghubungkan (interconnection) antara satu Access Point dengan
Access Point lain dengan menggunakan media wireless dalam suatu Wireless Local
Area Network (WLAN). Dengan WDS ini, area kerja (coverage) dari WLAN dapat
diperluas tanpa menghubungkan Access Point dengan system backbone kabel.
Dengan kata lain, WDS adalah metode untuk
menghubungkan beberapa Access Point dalam suatu WLAN tanpa menghubungkan Access
Point-Access Point tersebut ke dalam system kabel, Ilustrasi dasar dari WDS ini
dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1. 3 (tiga) Access
Point yang tidak terhubung ke backbone kabel
Dari gambar diatas, terlihat bahwa coverage
dari jaringan WLAN dapat diperluas dengan menggunakan 3 (tiga) unit Access
Point (AP). Ketiga AP tersebut harus dapat bekerja sama satu sama lain melalui
koneksi wireless. Perhatikanlah bahwa ketiga AP tersebut tidak terhubung
kedalam system jaringan kabel, ketiganya tidak menggunakan media kabel untuk
terhubung satu sama lain.
Untuk membangun WDS ini, tentunya dibutuhkan
setidaknya 2 (dua) atau lebih AP. Dan untuk melakukan distribusi access
wireless, beberapa AP tersebut dikonfigurasikan dengan parameter ssid dan
frequency yang sama. Dengan demikian maka beberapa AP tersebut akan terlihat
sebagai satu kesatuan jaringan atau lebih tepatnya lagi akan dikenal sebagai
satu broadcast domain. Ini berarti antara satu AP dengan AP yang lain harus
bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan baik. Kondisi ini sama seperti saat
Anda membangun jaringan kabel dengan beberapa HUB maupun Switch.
Penerapan pada jaringan yang akan digunakan
untuk mengakses Internet, umumnya dilakukan dengan menggunakan minimal 1 (satu)
AP yang terhubung ke system kabel, AP ini disebut sebagai Root AP. Dari Root AP
inilah akses wireless akan didistribusikan ke beberapa AP yang akan menjadi
Repeater AP, tentunya distribusi ini dilakukan dengan menggunakan media
wireless. Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.1.2. Jaringan WLAN
dengan 1 (satu) Root AP dan 2 (dua) Repeater
Static WDS vs Dynamic WDS
Pada saat akan membangun jaringan wireless
dengan teknik WDS, maka Anda akan dihadapkan pada 2 (dua) pilihan lagi, yaitu :
1.
Static
WDS, pada Teknik ini Administrator jaringan harus memperkenalkan secara manual
Access Point-Access Point yang akan masuk ke dalam jaringan WDS. Dilakukan
dengan memasukkan MAC Address dari AP teteangga (neighbor).
2.
Dynamic
WDS, pada Teknik ini sebuah Access Point akan mencari sendiri Access Point
tetangga yang akan masuk ke dalam jaringan WDS yang dibangun. Sebuah AP akan
mencari pasangannya berdasarkan kesamaan SSID.
Baik Static WDS maupun
Dynamic WDS memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Mari kita
perhatikan contoh jaringan wireless sederhana berikut ini yang terdiri dari 3
(tiga) Access Point. Dengan bekal contoh topologi sederhana ini paling tidak
bisa didapatkan sedikit gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan kedua Teknik
WDS tersebut.
Gambar 1.2.1 Jaringan
dengan 3 (tiga) AP
Perhatikan ketiga AP diatas
yang terhubung dengan Teknik WDS, perhatikan pula MAC Address dari masing AP.
Jika yang dibangun adalah Static WDS maka pada saat melakukan konfigurasi WDS
pada AP-1, Anda harus memasukkan MAC Address BB-BB-BB-BB-BB-BB secara manual.
Ini akan membuat AP-1
mengenal AP-2 sebagai pasangannya dalam urusan WDS. Sedangkan pada saat melakukan
konfigurasi WDS pada AP-2 yang berada ditengah-tengah jaringan, Anda harus
memasukkan MAC Address AA-AA-AA-AA-AA-AA
dan CC-CC-CC-CC-CC-CC.
Ini akan membuat AP-2
mengenal keberadaan AP-1 dan AP-3 sebagai pasangan WDS-nya. Sedangkan pada saat
melakukan konfigurasi WDS pada AP-3, Anda harus memasukkan MAC Address
BB-BB-BB-BB-BB-BB. Ini akan membuat AP-3 bisa mengenal keberadaan AP-2 yang
menjadi WDS-nya.
Konfigurasi Static WDS ini
terlihat sedikit rumit, Karena Anda harus melakukan identifikasi MAC Address
dari satu AP ke AP yang lain. Setelah mengetahui MAC Address masing-masing AP,
Anda masih harus memasukkan MAC Address – MAC Address tersebut pada
masing-masing AP, tentunya sesuai dengan desain WDS yang diinginkan. Untuk 2
(dua) AP saja yang ingin membangun koneksi WDS, Anda harus saling mengisikan
MAC Address dari keduanya. Mungkin bisa dibayangkan jika jaringan wireless yang
ingin dibangun terdiri dari ratusan AP.
Namun dibalik kerumitan
konfigurasi Static WDS, ada keuntungan yang bisa diambil. Dengan memasukkan
secara manual MAC Address dari masing-masing AP, anda dapat menjaga dan
mengawasi koneksi WDS yang terdiri antara satu AP dengan AP yang lain. Tentunya
Anda tidak ingin jika suatu saat nanti, ada AP yang memuat koneksi WDS sendiri
dengan AP yang lain. Ataupun ada AP liar (Rougue AP) yang tiba-tiba hadir dalam
jaringan wireless ini dan membuat koneksi WDS dengan AP yang Anda miliki, dan
pada akhirnya bisa saja mengakibatkan koneksi internet Anda menyebar entah
kemana.
Bagaimana dengan Dynamic
WDS?
Dengan melakukan konfigurasi
Dynamic WDS pada setia[ AP yang disertai dengan SSID yang sama, maka baik AP-1,
AP-2 maupun AP-3 akan otomatis membangun koneksi WDS satu sama lain. Sehingga
ketiga AP tersebut akan langsung bisa berkomunikasi dan bekerjasama. Akan
terlihat bahwa konfigurasi Dynamic WDS
tidak memerlukan pendataan MAC Address secara detail, sehingga tidak akan
memusingkan Anda lagi. Namun,, dibalik kemudahan konfigurasi tersebut, jika
tidak diawasi dengan baik, maka Dynamic WDS rentan terhadap koneksi WDS yang
tidak diinginkan.
Mari kita kembali pada
gambar 5.3, terlihat bahwa desain jaringan tersebut hanya menginginkan AP-3
terhubung ke AP-2. Namun jika yang dilakukan adalah konfigurasi Dynamic WDS,
Anda akan menemukan kondisi dimana AP-3 dapat membangun hubungan WDS dengan
AP-1. Ini bisa terjadi jika tiba-tiba AP-3 mendapatkan signal wireless dari
AP-1, yang mungkin saja disebabkan signal AP-1 yang terlalu kuat atau pun
posisi AP-3 yang kuran tepat, seperti terlihat pada gambar 5.4.
Dari uraian dan gambar 5.4,
terlihat bahwa dengan Dynamic WDS maka link WDS bisa saja tercipta tanpa
diketahui oleh Administrator jaringan. Link atau koneksi WDS seperti yang
terjadi pada gambar diatas juga akan membawa potensi terjadinya loop yang pada
akhirnya dapat melumpuhkan keseluruhan jaringan wireless Anda. Sehingga pada
saat akan menggunakan Dynamic WDS, pengawasan terhadap link WDS harus
ditingkatkan.
Gambar 1.2.2. AP-3
membuat koneksi dengan Ap-1
Peningkatan pengawasan pada jaringan Dynamic WDS dapat
dilakukan oleh setiap Access Point. Router Mikrotik yang bertugas sebagai
Access Point sudah dilengkapi dengan fitur Content Lists yang bisa melakukan
filter atau pembatasan terhadap Access Point yang dapat terhubung melalui link
WDS
Bandwidth pada WDS
Persoalan lain dalam
membangun adalah masalah bandwidth yang akan didapat oleh client wireless.
Dalam jaringan wireless yang mengandalakan WDS akan terjadi penurunan bandwidth
yang terkadang cukup mengganggu dan harus menjadi perhatian khusus pada saat
melakukan desain awal.
Semakin panjang link WDS
yang tercipta maka akan semakin menurun alokasi bandwidth yang didapatkan
sebuah AP yang letaknya jauh dari Root AP. Mari kita perhatikan ilustrasi
berikut yang memperlihatkan jaringan WDS dengan 3 (tiga) AP.
Dari gambar diatas, terlihat
bahwa AP-1 merupakan Root AP Karena terhubung pada system kabel. Ap-1 ini akan
bisa menggunakan alokasi bandwidth secara maksimal, mengingat koneksi AP-1 ini menggunakan media kabel yang terhubung
langsung ke Router GW. Dari gambar bisa melihat bahwa AP-1 bisa mendapatkan
alokasi bandwidth 100MBps ke Router GW.
Yang jadi pertanyaan
selanjutnya adalah berapa alokasi bandwidth yang di dapat oleh AP-2?
Hubungan antara AP-1 dan
AP-2 dilakukan dengan media wireless, sehingga aokasi bandwidth didapatkan oleh
AP-2 terhadap Router GW tidak akan sebesar alokasi bandwidth AP-1 terhadap
Router GW. Terlihat pada gambar bahwa AP-2 hanya mendapatkan alokasi bandwidth
14 MBps terhadap Router Ap-1. Sehingga secara otomatis pula, AP-2 hanya akan mendapatkan
bandwidth 14 MBps terhadap Router GW.
Dan yang menjadi pertanyaan
penting adalah berapakah sisa bandwidth yang mungkin akan didapatkan oleh AP-3.
AP-3 ini akan menggantungkan koneksi ke Router GWmelaluai AP-2. Jika AP-2 saja
hanya mendapatkan alokasi bandwidth 14 MBps, maka sudah barang tentu alokasi
yang didapatkan oleh AP-3 akan jauh dibawah nilai 14 MBps tadi. Anda dapat
melihat kembali pada gambar bahwa AP-3 hanya mendapatkan alokasi bandwidth 7
MBps jika diukur terhadapa AP-1.
Dari penjelasaan dan uraian
diatas terlihat bahwa semakin jauh atau semakin panjang link WDS yang dibangun
maka penurunan bandwidth akan terus terjadi. Sehingga bisa diambil kesimpulan
bahwa dibalik kemudahan membangun jaringan wireless dengan WDS ini, terhadap
kekurangan pada sisi alokasi bandwidth. Pada kondisi inilah dituntut untuk
menjaga keseimbangan antara kemudahan dan kehandalan jaringan. Kedua hal inilah
yang harus menjadi perhatian pada saat akan membangun jaringan wireless dengan
WDS.
Sebagai koncoh desain jika
ternyata Anda harus membangun jaringan wireless dengan banyak AP, namun akan
tetap menggunakan Teknik WDS, maka anda harus berkompromi untuk tetap
menghadirkan beberapa Root AP seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.3.1.
Jaringan WDS dengan banyak AP
Konfigurasi Static WDS
Untuk membangun jaringan
wireless dengan menggunakan Teknik static WDS, ternyata dibutuhkan minimal
(satu) Root AP dan minilam 1 (satu) Repeater AP. Dan antara Root AP dan
repeater AP akan melakukan komunikasi melaluimedia wireless.
Untuk scenario konfiguras
static WDS ini, topologi yang digunakan adalah jaringan wireless dengan 1
(satu) Root AP dan 2 (dua) Repeater, seperti terlihat pada gambar berikut ini.
Gambar 1.4.1.
jaringan dengan 1 (satu) Root AP dan 2 (dua) Repeater
Dari gambar topologi diatas,
Anda dapat melihat bahwa jaringan wireless yang akan dibangun terhubung ke
internet melalui Router GW. Sedangkan access wireless akan disebarkan pertama
kali oleh AP-1 yang bertugas sebagai Root AP. Root AP ini terhubung ke internet
melalui interface ether3 milik Router GW.
Adapun AP-2 dan AP-3 akan
bertugas sebagai Repeater AP. P-2 akan mendapatkan akses Internet melaluai AP-1
dengan system WDS, sehingga pada penerapan dilapangan, Anda harus memastikan
bahwa AP-2 masih mendapatkan signal wireless AP-1. Begitu pula dengan AP-3 yang
akan mengharapkan koneksi Internet dari signal milik AP-2 melalui Teknik WDS.
Untuk topologi seperti ini,
anda harus melihat bahwa baik AP-2 maupun AP-3 akan menggantungkan
konektifitasnya pada AP-1. Bila suatu saat AP-1 mengalami masalah (down),
maka AP-2 dan AP-3 tidak akan mendapatkan akses Internet. Begitu pula AP-3
yang menggantungkan hidupnya pada AP-2, sehingga bila suatu saat AP-2 mengalami
masalah, maka AP-3 tidak akan mendapatkan akses Internet.
Untuk melakukan konfigurasi topologi pada scenario
ini, sebaiknya konfigurasi dimulai dari Router GW yang akan memberikan akses
Internet ke jaringan wireless. Konfigurasi Router GW sama seperti
konfigurasi-konfigurasi Router GW yang lainnya, dimana DHCP Server untuk
jaringan wireless juga akan dilakukan pada interface ether3 milik Router
GW.
Sedangkan konfigurasi Router AP-1, AP-2 maupun AP-3
akan sedikit berbeda. Mengingat pada pembahasan ini Access Point tersebut akan
bekerja dengan Teknik WDS. Secara garis besar, untuk melakukan konfigurasi WDS
pada seluruh Access Point Router MikroTik, tahapan-tahapanmya adalah sebagai
berikut.
1.
Membuat
interface bridge dan memasukkan interface wlan pada interface bridge.
2.
Melakukan
konfigurasi parameter wireless (seperti mode, band, frequency, ssid,
radio-name) pada interface wireless.
3.
Mengaktifkasn
mode WDS Static pada interface wlan.
4.
Membuat
interface WDS, yang sebenarnya merupakan interface virtual.
Komentar
Posting Komentar